Rainbow Pinwheel Pointer

Selasa, 17 Maret 2015

legenda candi prambanan



legenda candi prambanan

Pada zaman dahulu kala di Pulau Jawa, berdirilah dua kerajaan Hindu yakni Kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan Pengging dipimpinn oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo. Semasa kepemimpinannya, kerajaan Pengging berada dalam kondisi subur dan makmur. Prabu Damar Moyo sendiri dikaruniai seorang putra laki-laki yang bernama Raden Bandung Bondowoso.
Berbeda dengan kerajaan Pengging, Kraton Boko yang dipimpin oleh seorang raja yang kejam bernama Prabu Boko. Prabu Boko adalah seorang raksasa yang gemar memakan daging manusia. Akan tetapi, meskipun berwujud seorang raksasa yang menakutkan, Prabu Boko memiliki seorang putri yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan yang bernama Putri Loro Jongrang.
Meskipun memiliki kerajaan yang besar, Prabu Boko tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Ia bertekat untuk menguasai kerajaan Pengging. Prabu Boko memiliki seorang patih bernama Patih Gupolo yang juga berwujud raksasa. Bersama dengan patih kepercayaannya tersebut, mereka mengumpulkan para pemuda di Kraton Boko dan melatih mereka untuk nantinya dijadikan serdadu yang bertugas untuk mengumpulkan harta milik rakyat dan makanan bagi para serdadu.

Setelah persiapan untuk perang dirasa cukup, berangkatlah Prabu Boko dan para prajuritnya untuk menyerang kerajaan Pengging. Tak terelakkan, perang yang sengit pun terjadi antara kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Akibat dari perang tersebut, banyak prajurit dari kedua belah pihak yang meninggal di medan perang dan kehidupan rakyat di kerajaan tersebut dilanda oleh kelaparan dan kemiskinan.

Melihat kondisi rakyatnya yang menderita tersebut, Prabu Damar Moyo kemudian mengutus anak lelaki yang dicintainya, Raden Bandung Bondowoso, untuk berperang bersama para tentara Pengging dan mengalahkan Prabu Boko. Berkat kesaktian yang dimilikinya, Raden Bandung Bondowoso berhasil  membunuh Prabu Boko dan mengalahkan para serdadunya. Melihat tewasnya Prabu Boko di medan perang, Patih Gupolo pun segera lari menyelamatkan diri dan kembali ke Kraton Boko.

Sesampainya disana, Patih Gupolo kemudian melaporkan kepada Puteri Loro Jonggrang apa yang telah terjadi pada ayahnya di medan perang; bahwa ayah yang dikasihinya telah dibunuh oleh Raden Bandung Bondowoso. Mendengar hal tersebut, sang putri terduduk lemas dan diliputi oleh rasa sedih yang teramat mendalam.
 Tak lama setelah kedatangan Patih Gupolo, sampailah Raden Bandung Bondowoso di kerajaan Kraton Boko. Raden Bandung Bondowoso yang tadinya datang ingin membunuh Patih Gupolo sangatlah terkejut tatkala melihat putri Loro Jonggrang yang cantik jelita. Kecantikan sang putri membuatnya ingin mempersunting Loro Jonggrang menjadi istrinya.

Akan tetapi, Loro Jonggrang tentunya enggan untuk dipersunting oleh Raden Bandung Bondowoso, seorang yang telah membunuh ayah kandungnya. Untuk menolak pinangan sang pangeran, Loro Jonggrang mengajukan syarat kepada Raden Bandung Bondowoso. Ia berkata bahwa Ia rela untuk dipersunting oleh sang pangeran apabila sang pangeran dapat mengabulkan dua permintaannya, yakni membuatkan sumur Jalatunda dan 1000 candi dalam waktu satu malam.

Raden Bandung Bondowoso pun menyanggupi permintaan Loro Jonggrang. Dengan segera, dibangunnya sumur Jalatunda tersebut. Setelah selesai, Ia pun bergegas memanggil Loro Jonggrang untuk melihat sumur tersebut.

Sesampainya di depan sumur, Loro Jonggrang kemudian meminta Raden Bandung Bondowoso untuk masuk ke dalam sumur. Segera setelah sang pangeran berada di dalam sumur, Loro Jonggrang memerintahkan Patih Gupolo untuk menumbun sumur tersebut dengan batu. Akan tetapi, berkat kesaktian yang dimilikinya, Raden Bandung Bondowoso berhasil menyelamatkan dirinya dan keluar dari sumur tersebut. Dengan marah Ia pergi menemui putri Lara Jonggrang. Akan tetapi kecantikan sang putri membuat kemarahan yang meluap-luap di dadanya seketika sirna tatkala melihat wajah Loro Jonggrang.
 Loro Jonggrang pun kemudian menagih janji Raden Bandung Bondowoso untuk membuatnya 1000 candi dalam waktu satu malam. Dengan segera sang pangeran bergegas memerintahkan para jin untuk membantunya membuat 1000 candi tersebut. Melihat pekerjaan Raden Bandung Bondowo tersebut, Loro Jonggrang menjadi ketakutan. Ia berpikir keras bagaimana caranya untuk menggagalkan usaha Raden Bandung Bondowoso tersebut. Loro Jonggrang kemudian memerintahkan beberapa gadis untuk menumbuk dan membakar jerami sehingga seolah-olah pagi hari telah datang. Mendengar suara tumbukan padi dan sinar dari jerami yang terbakar, ayam jantan pun berkokok bergantian karena mengira hari telah pagi.

Mendengar suara kokok ayam jantan, para gadis menumbuk padi, dan cahaya yang terlihat di sebelah timur, para jin pun menghentikan pekerjaan mereka karena mengira bahwa hari telah pagi. Ketika putri Loro Jonggrang datang dan mulai menghitung hasil pekerjaan mereka, ternyata candi yang berhasil dibuat adalah 999 candi, kurang satu candi dari perjanjian mereka. Dengan demikian, putri Loro Jonggrang pun menolak untuk dipersunting oleh Raden Bandung Bondowoso.

Merasa ditipu oleh Loro Jonggrang, Raden Bandung Bondowos menjadi marah dan kemudian mengutuk Loro Jonggrang. Dalam sumpahnya, Ia mengutuk Loro Jonggrang untuk menjadi sebuah patung, melengkapi jumlah candi yang masih kurang satu.

Dan dengan demikianlah kisah tentang candi Loro Jonggrang (Prambanan).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar